Jejak Lawalangy, Koemo Wuto Sumanomo Liwu

Kerajaan Muna Nyaris Tak Berbekas

Posted on: Agustus 10, 2007

MEMASUKI Kota Muna, Sulawesi Tenggara, tidak boleh sembarangan. Berjalan kaki saja dilarang, apalagi menunggang kuda. Ini tak lain untuk menjaga etika dan sopan santun. Yang boleh menunggang kuda hanya para pejabat tinggi. Kalau sudah mendekati rumah kediaman perdana menteri, penunggang kuda juga harus turun, lalu berjalan kaki ke tempat tujuan di kota tersebut.

Budaya dan tatakrama di Kota Muna adalah potret sepenggal sejarah Kerajaan Muna di masa lampau, sebagaimana diungkapkan Jules Couvreur dalam buku Sejarah dan Kebudayaan Kerajaan Muna yang diterbitkan Artha Wacana Press, Kupang, Nusa Tenggara Timur, tahun 2001.

Couvreur cukup memahami sejarah dan kebudayaan Muna, salah satu etnis yang mendiami Pulau Muna dan pulau-pulau lain di sekitarnya.

Sebab, dia adalah pegawai pemerintah kolonial Belanda yang pernah menjabat sebagai kontroler (setingkat bupati) di Kerajaan Muna selama kurang lebih dua tahun (1933-1935). Selama kurun waktu itu dia tekun menggali sejarah dan kebudayaan daerah tersebut.

Ketika Couvreur meninggal dunia di Den Haag, Belanda, pada tahun 1971 dalam usia 70 tahun, naskah yang ditulisnya tahun 1935 itu masih dalam bentuk stensilan berbahasa Belanda. Stensilan itu kemudian diterjemahkan Dr Rene van den Berg, dosen linguistik dan peneliti bahasa Muna di Darwin, Australia.

KOTA Muna terletak sekitar 25 kilometer dari Raha, ibu kota Kabupaten Muna, sekarang. Orang Muna sebetulnya menyebutnya Wuna, sebagaimana nama asli suku Muna dan Pulau Muna. Namun, kata “Wuna” itu lama kelamaan diucapkan dan ditulis menjadi “Muna” dalam laporan dan bahasa resmi.

Wuna dalam bahasa Muna berarti bunga. Disebut begitu karena tidak jauh dari Kota Wuna itu terdapat sebuah bukit batu karang yang sewaktu- waktu tumbuh dan menyerupai bunga. Daratan Pulau Muna memang hampir didominasi batu karang.

Bukit batu (yang sering) berbunga itu disebut Bahutara yang diartikan sebagai bahtera. Hal itu terkait dengan tradisi lisan yang menyebutkan bahwa di tempat itulah perahu Sawerigading, tokoh asal Sulawesi Selatan yang melegenda, terdampar setelah menabrak batu karang.

Para pengikutnya sebanyak 40 orang dari Luwu, Sulsel, kemudian terpencar ke berbagai tempat, sebagian membuat koloni di Muna, dan lainnya ke Konawe di jazirah Sulawesi Tenggara.

Sejalan dengan semakin baiknya sistem pemerintahan, pada masa kekuasaan Lakilaponto sebagai Raja Muna VII (1538- 1541) mulailah dibangun pusat kerajaan di lokasi yang disebut Wuna tadi. Pembuatan benteng yang mengelilingi Kota Wuna merupakan prestasi besar yang dihasilkan pemerintahan raja tersebut.

Setelah Lakilaponto ditunjuk menjadi Raja Buton, pembangunan Kota Wuna dilanjutkan penggantinya, La Posasu, adik Lakilaponto.

Pengangkatan Lakilaponto sebagai Raja Buton merupakan hadiah dari raja yang sedang berkuasa atas keberhasilan Raja Muna itu mengalahkan dan membunuh bajak laut La Bolontio, pengacau keamanan rakyat Buton.

Setelah menjadi raja dan kemudian bergelar sultan, menyusul diterimanya Islam sebagai agama resmi kerajaan, Lakilaponto mengadakan kesepakatan dengan adiknya, La Posasu, untuk saling membantu dan bekerja sama bila kedua kerajaan menghadapi situasi pelik, termasuk ancaman dan intervensi dari luar.

Hubungan persaudaraan di antara kedua kerajaan terjalin hangat selama kurang lebih 3,5 abad. Namun, dalam kerangka politik pecah belah pemerintah kolonial Belanda bersama Sultan Buton secara sepihak membuat perjanjian yang disebut Korte Verklaring pada 2 Agustus 1918.

Isi perjanjian itu menyebutkan, Belanda hanya mengakui dua pemerintahan swapraja di Sulawesi Tenggara, yakni Swapraja Buton dan Swapraja Laiwoi di Kendari.

Sejak saat itu Kerajaan Muna yang berdaulat dinyatakan berada di bawah kontrol Kesultanan Buton. Sebagai subordinasi Kesultanan Buton, Muna praktis menjadi salah satu dari empat wilayah penyangga (bharata) kerajaan Islam tersebut. Tiga bharata yang lain adalah Tiworo, Kulisusu, dan Kaledupa.

Berdasarkan Korte Verklaring itu pula beberapa kerajaan kecil di sekitar Kesultanan Buton, seperti Tiworo, Kulisusu, Kaledupa, Rumbia, dan Kabaena, ikut menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Buton. Dua kerajaan kecil yang terakhir merupakan wilayah nonstruktural karena tidak menyandang predikat bharata.

IHWAL pembangunan Kota Wuna, Couvreur mengutip kepercayaan mistis bahwa dalam pembangunan benteng kota itu oleh Lakilaponto dibantu para jin (roh halus).

Pembuatan benteng itu memang merupakan pekerjaan raksasa sebab, seperti ditulis Couvreur, panjang keliling pagar tembok itu mencapai 8.073 meter dengan tinggi empat meter dan tebal tiga meter.

Selain melanjutkan dan menyempurnakan pembangunan tembok pagar ibu kota kerajaan tersebut, La Posasu sebagai pengganti Lakilaponto juga mendirikan bangunan tempat perguruan Islam, sesuai anjuran Syekh Abdul Wahid. Seperti disebutkan La Kimi Batoa, pensiunan guru sejarah, Abdul Wahid adalah penyebar agama Islam pertama di Pulau Muna.

Fasilitas publik lainnya di Kota Wuna adalah masjid. Masjid pertama dibangun pada masa pemerintahan La Titakono sebagai Raja Muna X (1600- 1625). Menurut La Ode Muhammad Sirad Imbo (65), tokoh adat Muna, masjid yang dibangun raja tersebut masih sederhana dan bersifat darurat.

Masjid agak besar baru dibangun pada era pemerintahan Raja La Ode Huseini dengan gelar Omputo Sangia (1716- 1757). Masjid tersebut dibangun di tempat berbeda dengan lokasi masjid pertama.

Masjid di Kota Wuna itu hampir seumur dengan Masjid Agung Keraton Buton di Bau- Bau. Masjid Keraton Buton dibangun oleh Sultan Sakiuddin Darul Alam pada tahun 1712 dengan konstruksi permanen, dan baru dipugar pada tahun 1930-an di masa pemerintah Sultan Buton ke-37, Muhammad Hamidi.

Adapun Masjid Kota Wuna baru dibangun secara permanen sekitar tahun 1933 oleh La Ode Dika sebagai Raja Muna (1930-1938). Kegiatan pembangunan (renovasi) masjid tersebut mendapat bantuan dari Kontroler Belanda yang berkedudukan di Raha, Jules Couvreur. “Dia menyediakan bahan, seperti semen, atap seng, dan bahan bangunan lainnya,” tutur Sirad Imbo.

Karena selama memangku raja lebih banyak memerhatikan pembangunan masjid tersebut, maka La Ode Dika diberi gelar Komasigino (pemilik masjid). Dua dari 14 putra-putri La Ode Dika tercatat sebagai tokoh daerah, yakni La Ode Kaimuddin, mantan Gubernur Sultra, dan La Ode Rasyid, mantan Bupati Muna.

KERAJAAN Muna di masa lalu kini nyaris tak meninggalkan bekas. Satu-satunya peninggalan yang tampak di Kota Wuna saat ini hanyalah bangunan masjid yang pernah dirawat La Ode Dika, Raja Muna terakhir yang dipilih oleh Sarano Muna yang dibentuk Raja La Titakono pada abad ke-17 itu.

Bangunan masjid itu juga sudah tidak asli. Menurut Sirad Imbo, ketika Bupati Muna dijabat Maola Daud pada tahun 1980-an, bangunan masjid tua itu dirombak total ukuran dan bentuknya. Giliran Ridwan menjadi Bupati Muna (2000- 2005), bangunan masjid itu dirombak lagi untuk dikembalikan ke bentuk aslinya.

Bentuk masjid di bekas ibu kota kerajaan itu sangat sederhana. Bangunannya terdiri atas tiga susun, termasuk tempat dudukan kubah.

“Itulah bentuknya yang asli dari masjid tua tersebut,” ujar Sirad, yang juga salah satu putra La Ode Dika.

Peninggalan yang lain sudah tidak ada lagi, kecuali beberapa makam tua yang menjadi kuburan raja-raja zaman dulu, antara lain makam La Ode Huseini, yang pada masa hidupnya dikenal sangat taat menjalankan ajaran Islam.

Sisa-sisa ataupun reruntuhan benteng Kota Wuna yang konon dibangun dengan bantuan jin itu juga sudah tidak ada lagi. Namun, Sirad mengaku bahwa pagar tembok itu masih tersisa sekitar 1.800 meter yang masih utuh. Hanya fisik bangunannya memang tidak kelihatan karena dibalut rumput liar.

Kota Muna yang dulu berbudaya feodal kini tinggal kenangan. Yang ada hanyalah hamparan semak belukar di sebuah dataran agak cekung yang diapit bukit-bukit karang.

Di sana-sini tampak rumah- rumah adat Muna dari kayu jati yang baru dibangun. Menurut Sirad, ada rencana Pemerintah Kabupaten Muna membangun perkampungan bagi para pemangku Sarano Muna sebagai miniatur Kota Wuna beberapa abad silam.

Leluhur Muncul dari Bambu…

MITOS asal-usul manusia yang menjadi penguasa di daerah kepulauan di Sulawesi Tenggara mempunyai versi yang sama. Wakaka, ratu pertama Kerajaan Buton, diceritakan datang dari China dan pada awalnya ia muncul dari lubang bambu kuning di dalam kompleks Keraton Buton sekarang.

Leluhur keturunan mokole (raja) di Kabaena (kini Kabupaten Bombana) juga dimitoskan muncul dari bambu yang biasa dipakai membuat nasi bambu. La Eli alias Baidulzamani, yang disebut sebagai raja pertama di Pulau Muna, menjadi legenda masyarakat Muna bahwa ia berasal dari Luwu, Sulawesi Selatan, lalu muncul dari dalam lubang bambu saat ditemukan manusia yang telah lebih dulu membangun koloni di Wamelai dalam wilayah Tongkuno. Setelah diangkat menjadi raja, Baidulzamani diberi gelar Bheteno ne Tombula (’Manusia yang Dilahirkan di dalam Bambu’).

Adapun permaisuri bernama Tandi Abe, juga dikabarkan berasal dari Luwu. Konon ia terdampar di Napabale, sebuah laguna di pantai timur Pulau Muna dan kini menjadi salah satu obyek wisata. Salah seorang putri Raja Luwu tersebut dengan menumpang sebuah talam besar pergi ke arah timur mencari pria yang telah menghamilinya. Talam itu telah menjadi batu sekarang.

Pria yang dicari tak lain adalah Baidulzamani yang telah lebih dulu berada di daratan Muna. Setelah dipertemukan mereka pun dikawinkan dan menetap di Wamelai. Perkawinan itu melahirkan tiga anak. Salah seorang di antaranya bernama Kaghua Bhangkano yang kemudian menjadi Raja Muna II dengan gelar Sugi Patola. Sugi berarti ’Yang Dipertuan’.

Lakilaponto Raja Muna VII dan Raja Buton VI lalu menjadi Sultan Buton pertama dengan sebutan Murhum (almarhum) setelah mangkat, berasal dari garis keturunan sugi tersebut.

TITAKONO, Raja Muna X (1600-1625) tercatat dalam sejarah Muna sebagai pemrakarsa penetapan golongan dalam masyarakat Muna. Ia menetapkan penggolongan itu bersama sepupunya bernama La Marati. Yang terakhir ini adalah anak Wa Ode Pogo, saudara perempuan Lakilaponto. Titakono sendiri adalah putra Rampei Somba, saudara Lakilaponto.

Sebagai raja, Titakono mengangkat sepupunya itu menjadi pembantu utamanya dalam pemerintahan dengan jabatan yang disebut bhonto bhalano (semacam perdana menteri). Setelah itu keduanya bersepakat menetapkan strata sosial masyarakat.

Berdasarkan kesepakatan itu, golongan masyarakat dari garis keturunan sugi sampai kepada Titakono harus diakui sebagai golongan tertinggi yang disebut Kaomu dengan gelar la ode. Lalu kelompok masyarakat keturunan mulai dari La Marati ditetapkan sebagai golongan setingkat lebih rendah dari Kaomu yang disebut Walaka. Golongan Walaka tidak memakai gelar la ode.

La Marati menyetujui penetapan posisinya seperti itu karena menyadari bahwa ayahnya, La Pokainsi, bukan keturunan sugi. Kendati ibunya, Wa Ode Pogo, adalah keturunan sugi dan saudara kandung dari Lakilaponto, La Marati dan keturunannya sudah digariskan menjadi golongan Walaka.

Dalam struktur pemerintahan kerajaan, golongan Walaka berhak menduduki jabatan bhonto bhalano, sebagaimana yang telah dirintis La Marati. Sementara untuk jabatan raja sudah digariskan harus mereka yang bergelar la ode. Lapisan ketiga dalam masyarakat Muna di masa lampau adalah golongan Maradika, rakyat biasa.

Selain menetapkan penggolongan masyarakat, duet Titakono-Marati juga membentuk dewan adat atau Sarano Wuna. Ketika itu Sarano Wuna terdiri atas enam anggota, yaitu raja, bhonto balano, dan ke-4 ghoerano (empat kepala wilayah yang menjadi basis utama Kerajaan Muna). Mereka adalah ghoerano Tongkuno, Kabawo, Lawa, dan Katobu. Anggota Sarano Wuna kemudian bertambah sejalan dengan perkembangan wilayah kekuasaan.

52 Tanggapan to "Kerajaan Muna Nyaris Tak Berbekas"

artikelnya keren, boleh request gak? saya mau tau banyak tentang prosesi adat pernikahan di pulau muna.

aq mau tau tingkat golongan masyarakat raha terutama asal usul sejarah la ode yang kata orang masih keturunan langsung dari anggota raja-raja

undang saudara-2 kita yg lain via milis utk memberikan informasi ttg muna sehingga terus terupdate

kerajaan muna tdk harus berbekas sejak awal perabdaban.
Tapi bukti awal perabdaban di muna juga masih ada. Yaitu sebuah perahu yg kini menjadi batu di kota lama muna.

Kebudayaan muna banyak terdapat di kota lama. Seperti batu tempat pelantikan raja muna, masjid muna, makam keluarga raja muna,, dll. Ada juga benteng yg terdapat di kecamatan parigi. di benteng ini ada gua, dan juga ada makam wanita yg tinggi badannya 2 meter (yg merupakan keluarga kerajaan muna).

Sisa2 peninggalan kerajaan muna sampai saat ini masih ada. Salah satunya juga adalah rumah yg berada di kanan RSUD Raha, yg dahulu pernah dipakai sebagai rumah raja muna.
Rumah lain juga terdapat di bagian asrama polisi raha. Rumah itu disebut sbagai kamali. Yaitu rumah raja. Rumah ini merupakan rumah raja muna terakhir LA ODE PANDU. Disana masih banyak tersimpan benda2 pusaka peninggalan kerajaan muna.

Semoga informasi ini bermanfaat

palsu

Cerita yang ditulis Wikra itu cerita palsu yang merusak sejarah Muna…..

Saya sangat senang sekali jika sejarah kerajaan muna dapat dimasukan dalam pelajaran sekolah dan dimasukan dalam pelajaran MULO.

Agar Diperjelas lagi sumber reverensi sejarah asal muasal kerajaan muna beserta dokumen-dokumen pendukungnya dan puing-puing yang ditinggalkan
Dihidupkan lagi semacam miniatur kerajaan muna

mudah-mudahan bermanfaat bagi kita

Saya tertarik sekali dengan artikel ini, saya adalah anak keturunan dari Sejarah kerajaan Makole Rahampoe’oe Matano yg berada diseputar kabupaten Luwu Sul-Sel, dengan membaca artikel sejarah kerajaan Muna saya merasa ada kecocokan dengan sejarah yang kami tahu selama ini bahwa kami juga dulunya memiliki pemimpin kerajaan yg diberi nama La Morati (kl di Muna La Marati) dan juga ada Rompei (kl di Muna Rampei Somba), nah Rompei ini yg kami percaya bahwa dia pergi ke Tenggara tp tdk jelas tempatnya dimana..!tetapi intinya memang Kerajaan Rahampo’oe Matano memiliki hubungan darah dengan kerajaan di Tenggara, cerita ini saya dengar dari nenek saya sebelum dia meninggal yg bersal dari orang suku Tolaki dan menikah dengan orang Luwu

semoga kita bisa share mengenai sejarah ini…

Bagus bnget artikelnya bagi kami2 yang kurang banyak tau ttgsejarah muna…..n Peninggalan sejarah muna yang ada bisa tu dikemas tok jadi bjek Wisata sejarah.

Untuk pak Budin L. Flores, sebelumnya saya mohon maaf minta bantuannya kalau ada perempuan atas nama WaHARUMI di flores tolong hubungi saya sebagai kakaknya krn sudah puluhan tahun meninggalkan rmh blm pulang dibawa kabur oleh teman kerjanya. sebelumnya sy haturkan terima kasih atas bantuanya.

artikelny dah bagus..boleh ga saya minta artikel tentang prosesi adat perkawinan suku muna? soalnya saya sedang mencari data untuk menyusun makalah ilmiah hukum adat. mohon kerjasamanya.

Artikelnya bagus banget deh……bisa ngak ngebahas juga tentang pariwisata2 dan segala sesuatu yang ada didasana coz ada tugas skul neh !!!!

Seru deght artikelnya!!!! bahas yang lain juga dong

Artikel ini sangat menarik, saya sangat berharap cerita-cerita selanjutnya terutama detail silsila kerajaan Muna

merdeka muna, aku sebagai salah satu orang yang du darah aku mengalir darah muna, bangga akan suku muna. gotcha

saya adalah salah satu anak perantau dan besar di rantau orang jelas untuk mengetahui sejarah tempat kelahiran dan asal usul nenek moyang kita untuk itu saya sangat berterima kasih kepada penulis artikel sejarah muna dan saya mengharapkan agar di jelaskan juga adat resam pernikahannya tq

Bagus, tapi lebih baik ditambahkan gambar biar lebih menarik

artikel sangat baik, bisa tidak diceritakan lebih anjut…..

Salam,

apakah ada yang mempunyai daftar raja-raja Muna? Sebelumnya saya ucapkan beribu2 terima kasih.

Salam hormat,

Ivan Taniputera
ivan_taniputera@yahoo.com

memeng adat muna mempux keunikan oleh karena itu perlu adax penilitian d daerah muna

kalau perlu sejarah muna perlu diangkat dan d jadikan pelajaran d sekolah

Tadinya sy kurang PD (Percaya driri) menyandang status La Ode (sugi) so kalo ditanya sejarah sy ga taw maw jawab ap tapi setelah sy membaca artikel dan share sma teman2 N’ orangtua di kmplex sy alhamdulillah langsung PD + bangga cui.
Artikel yg sangat dasyat,penulis terima kasih dengan artikel tsb sy sudah mendapat gambaran yang luar biasa sejarah Wuna,kalw misalkan bukunya sdh ada mhon info dimana sy bisa mendapatkan buku itu N’ misal bkunya blm kluar dibuat dunk tapi yg lebih lengkap lg okay…BRAVO

wooowwww…..it’s wonderful bngt membahas ttg sejarh Muna yang hampir sj punah. memang sich masih banyak peradaban Muna yang harus terus digali demi memajukan potensi pariwisata di Muna demi mengangkat nama Muna di mata nasional n internasional.Sbg Munanese Q sangat bangga ketika peradaban n budaya daerahq diangkat di permukaan.

Artikelnya superb!
Padahal baru tadi malam saya dan saudara berdiskusi tentang sejarah&peninggalan Muna yang sepertinya kurang terekspos dibandingkan “saudaranya” Buton. Dan tentang perhatian pemerintah yang sepertinya setengah-setengah terhadap peninggalan kerajaan Muna. Dan kami sangat penasaran dengan keturunan raja Muna langsung yang ternyata tidak jauh-jauh, Pak La Ode Kaimudin, mantan Guberbur Sultra.

O ya, katanya ada makam Raja Muna yang terletak di Kampung lama???
Apa sudah ada yang dibukukan?
Terima Kasih

sejarah muna sebagai kepulauan kecil di Indonesia khususnya SULTRA sangat menarik. apalagi sampai dipublikasikan. kalau bisa dibukukan supaya generasi berikutnya tahu asal usul daerahnya.
mungkin juga sebagai masukan buat pemerintah daerah supaya muatan lokal didisi dengan pelajaran sejarah Muna. sebab kita mempelajari sejarah2 kerajaan di Indonesia sementara sejarah Muna sendiri hampir tidak pernah disinggung.

mungkin lain kali ada tulisan yang memuat tentang sejarah kain tenun asli Muna yg memiliki kemiripan dengan daerah NTT dan NTB. terus gambar2 yg ada di gua kabori. konon ada penelitian oleh org2 luar negeri yg menemukan adanya ikan yg tidak memiliki mata sebagai bentuk adaptasi. warna ikannya menarik.

Terimakasih sudah mau menampung komen yg panjang dan bertele2 ini. ^-^

Q sbnrny malu sebagai keturunan orng muna dri bapa sy “La ode poni alm” tp sy ga mengenal tanah leluhur,cuma dri artikel2 sperti ini sy belajar mengenal muna,mksh bnr2 dah banyak membantu nich.

saya mau copy artikel-nya buat memberikan informasi ke masyarakat muna yang lain yang belum tau asal-usul mreka.

Assalamluakalikum….
Sejarah Tentang dan seputar Masyarakat Muna dan Kerajaan nya memang sangat Kompleks. Diferenitas2 Referensi membuat Kita terkadang Bingung dalam menelaah Sebuah Rislah Sejarah yang ada di Hadapan kita. Memang, untuk menjawab Kemajemukan tersebut didutuhkan Data yang validitasnya bisa di uji dan dipertanggung Jawabkan baik secara Materil ataupun secara Antropologis.
Namun diluar semua pertimbangna tersebut, secara Pribadi, saya sangat mengapresiasi Artikel ini.
Sekedar bisa mendiskriptualisasikan Secuil dari sekian Banyak sejarah ” Wite Kalembohano Rea Mani”.

wujudkan muna yang hijau..z sangat senang dengan apa yang termuat dalam artikel ini.z berharap muna bisa kembali pada kejayaannya dan membentuk kesejahteraan rakyat yang hakiki.

artikel.y bagus,lw bisa tlng di tuliskan silsila kerajaan muna dri awal mula.y !!!!!

Ucapan terimakasih telah ada tulisan blog ini..untuk menggingatkan sejara yang telah lampau dari asal mula terbentuknya daera muna kita tercinta.sejara ini adalah sejara yang sangat bermanfaat untuk generasi hari ini/moderen yang tela terpengaru oleh budaya2 moderen sampai ada celoteh sejarah tinggal sejarah.sejara budaya kab muna menyimpan sejuta makna dlam perjalan hidup terutama dlm kehidupan sosial.

ijin menjadikan blog ini sumber dari buku yang sedang saya tulis. terima kasih.

semoga dengan artikel ini, menjadi titik awal untuk menggali dan membuka cakrawala berpikir kita sebagai orang muna untuk lebih meningkatkan rasa persatuan kita baik di daerah maupun diperantauan untuk lebih mencintai daerah kita dalam wujud ikut berpartisipasi dalam membangun daerah agar lebih maju dan bisa sejajar dengan daerah lain di nusantara, serta menjadi pesan untuk generasi baru agar mengetahui sejarahnya. trims….

artikelnya, “really great…………”saya senang sekali bisa mengetahui “bahwa kerajaan muna masih meninggalkan bukti fisik di zaman modern seperti sekarang ini” SMILE FOR MUNA

wow……
muna sungguh menakjub kan dengan berbagai kebudayaan yang di milikinya…….
”I LIKE IT”

Memng muna sngt menakjubkan dngn pesona alamx, tp syng hutn jti dimuna smkin hri smkin hbis, dinas kehutanan dimana taringmu ? tlong dinas kehutanan jaga hutan kami agar tdk terjdi bnjirrrrrrrrrrr

Dalam buku J. Couvreur di jelaskan bahwa kerajaan wuna tidak pernah di taklukan oleh buton. Pada tahun 1617 terjadi peperangan antara Raja muna LD Kaendea Melawan sultan buton sapati baluwu. Peperang itu akibat Arogansi Buton yang ingin menekan muna untuk bekerja sama dengan VOC. Karena di tolak oleh kerajaan muna maka buton menyerang muna namun akhirnya kerajaan wuna mengekspansi balik kesultanan buton sehingga menimbulkan kebakaran hebat di ketraton kesultanan buton. setelah LD Kaendea menang maka buton akhirnya meminta bantuan VOC sehingga LD kaedea harus mundur. Dalam beberapa waktu kemudia maka pasukan buton yang di perkuat dengan Armada Belanda berlabu di pulau lima. mereka meminta raja muna untuk berunding di atas kapal tersebut. mula-mula LD Kaendea meragukan hal itu tapi akhirnya beliau terbujuk juga untuk datang di atas kapal tersebut. sesampainya di pulau 5 beliau di tangkap dan dibuang keternate menjadi tawanan VOC. Sikap licik Buton dan VOC tersebut membuat marah kerajaan wuna sehingga kerakaan wuna menggunakan kekuatan pengaruhnya di buton yang telah tertanam semenjak sultan buton pertam LA Kilaponto sehingga sultan buton la baluwu dalam waktu 3 tahun di gulingkan oleh faksi muna di buton. setelah itu raja kerajaan wuna mengambil kembali LD kaedea di ternate dengan menawan permaisuri sultan ternate dan membuangnya di tengah laut. sehingga LD Kaendea kembali menjadi raja di muna. pada tahun 1904 Raja wuna LD Ahmad Maktub yang menjadi raja wuna mencalonkan diri menjadi sultan buton dan beliau kalah oleh saingannya Ade Rachim. dialah sultan buton pada tahun 1906 di atas kapal de Ruyter menandatangani Corte Vaklaring bersama VOC yang berbunyi Omputo Kino Wuna tinggal tunduk pada keputusan itu. Kemudian kapal tersebut berangkat ke pulau lima. pada saat itu kapitalao di lahia adalah LD Ijo. beliau di panggil untuk naik ke kapal tapi dia menolaknya, belaiu hanya datang sejauh pantai. kemudian VOC menanyakan siapakah yang di inginkan orang muna menjadi raja maka LD IJO mengatakan LD AHMAD. maka VOC mengatakan hal itu harus di minta lansung oleh sultan buton. baik LD IJO maupun Syarat muna menolak hal tersebut sehingga terjadi peperangan dengan VOC dan kerajaan wuna kalah. maka pada tahun 1907 VOC turun tangan dan mengangkat LD Ahmad Menjadi raja muna. di bawah pemerintahan beliau tahun 1910 Syarat wuna di Bubarkan. pada tahun 1914 LD Ahmad wafat dan jabatan raja wuna lowong hingga tahun 1919. Pada tahun itu di angkat LD Afiu menjadi raja muna atas perintah VOC. tahun 1923 LD Afiu di angkat menjadi sultan buton dan tidak ada raja wuna yang menggantinya. tahun 1926 maka VOC meminta Buton untuk mengangkat seorang raja wuna yaitu LD Rere. ketika Raja wuna ini di lantik maka beliau menolak Mahkota raja wuna di pakikan di atas kepalanya oleh sultan buton karena bagi dia Kerajaan wuna sama tinggi dengan kesultanan Buton. setelah perselisihan ini terjadi maka Buton meminta VOC untuk memecat LD Rere. pada tahun 1927 Ld Rere di turunkan dari jabatannya oleh VOC. Pada tahun 1930 maka di angkat lagi raja muna LD Dika. beliau menolak membayar upeti ke kesultanan buton dengan alasan peraturan-peraturan adat buton todak berlaku di muna tanpa persetujuan raja muna sebelumnya. Maka hal itu membuat gusar buton dan VOC. pada tahun 1947 Maka diangkat LD Pandu. Beliau Menolak Gelar Raja Muna dan Lakina Muna karena bagi beliau hal tersebut tidak sesuai dengan adat wuna. demikianlah perlawanan Kerajaan wuna di zaman kolonila Belanda.

Membaca cerita diatas saya tarik kesimpulan bahwa LD Pandu bukan sebagai Raja Muna….

Saya bangga jadi orang Muna, krna kt mmiliki unsur untk menjdi salah satu suku yg memiliki kbudayan tinggi, suku yg perfec dr suku lain,
Mngapa sy ktkan smpurna krna kt lngkap, sudh namax suku muna, bahasax bhasa muna, nama pulaux jg pulau muna,
Sya dari Wakuru (lianosa) smoga daerah ini bisa brsaing dgn raha,
Walaupn sya skrng sya ada d’ngri orng.,

saya adalah orang yang bersuku muna meski saya berdarah campuran namun saya bangga sebab suku muna ternyata memiliki sejarah yang sangat mengagumkan bagi saya, dan jika boleh jujur ini adalah kali pertama saya mengetahui sedikit tentang suku asli kake saya yang sangat saya banggakan pula, terimakasih atas info nya saya harap akan banyak lagi pengetahuan tentang suku muna yang nanti nya saya dapat kan…

ceritanya menarik sekali… semoga masih ada artikel2 selanjutnya yg bisa khazanah pengethuan kita ttg daerah Muna… izin dikopi ya artikelnya. thank you infonya… nokesa sepaliha.

aobangga aembali mieno wuna(z bangga jdi org muna)

Good day! I could have sworn I’ve been to this blog before but after checking through some of the post I realized it’s new to me.

Anyhow, I’m definitely delighted I found it and I’ll be book-marking and checking back
frequently!

apax yg d bnggkn,,,kalau org2 muna plng dmuna smua,,,kmngkinan muna lebih rame dari kendari, tp lau plng jg ap mau d krj d muna…

Mau Tau Sejarah Muna beserta silsilah Kerajaan Muna silahkan buka di http://www.munabarakati.wordpress.com
Dinasty Kerajaan Muna dibangun seperti layaknya kerajaan yang lain olehnya itu Dinasty Kerajaan Muna punya Silsilah Raja-Raja yang memerintah dan diakui, saya mengecam pemalsuan sejarah Muna.

terimah kasih terhadap orang yg peduli tentang sejarah muna . dan taksiran sy dari semua suku muna yg mengetahui sejarah muna mungkin sangat minim mungkin sektar 2% yg mengetahui oke lnjut dri pada itu kalau bisa tolong ceritakan sejarah muna secara sistematis mulai dri awal perkampungan dimuna didesa mana? kemudian seiring dngan pertumbuhan penduduk pada masa itu pasti buka perkampungan baru lg kira2 dibagian mana? kemudian raja pertama dimuna siapa kedu dan seterusx dan tahun berapa? tolong dipublikasikn. certa tentang sejarah harus jelas asal usulx contoh kecil saja kerajaan muna pertama lauje tapi disitu tdk tertulis tempat tgl lahirx dimana? berapa tahun jadi raja muna yg sy minta disini secara detail supaya kita ceritakn keanak ada pertanyaan tentang thun kita bisa tau mksh bhotu bhotumo deki tula2 ampamo kaawu deki ainin

Iya kasian….. Nyaris tak berbekas, beda halx Kesultanan Buton, istanah raja, benteng, dll… Masih terlihat jelas..

temen temen saya mau curhat hehehe tlong d kasih tanggapan yaaa
sya kan sekarang merantau d papua trus sya kan orang asli suku Muna yaa tpi koq orang2 dsini sebut saya sbgai orang buton siih? saya tdk trima sya bersih keras sebut sya sbgai orng muna bukan buton!
nah gimna nih tanggapan kalian? suku muna mau gk d blang suku buton? ato mau gk orang muna disebut orang buton

Tinggalkan Balasan ke Ivan Taniputera Batalkan balasan

Agustus 2007
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Top Clicks

  • Tidak ada

Blog Stats

  • 601.618 hits